Wednesday, April 15, 2009

Tulungagung --->> alun - alun

Perjalanan pulang kampung saya telah tiba di kota tercinta tulungagung. Tata kota Tulungagung sangat dipengaruhi oleh arsitektur kota kerajaan Mataram. Pusat kota merupakan pusat kendali pemerintahan. Merupakan sebuah tanah lapang untuk berkumpul, sisi sebelah timur adalah istana pemerintahan, sisi sebelah barat adalah masjid untuk tempat ibadah.

Seiring lajunya peradaban modern, pusat kota Tulungagung juga termodifikasi meskipun sisa-sisa tata kota kerajaan ini masih sangat terasa. Tanah lapang sebagai pusat kota telah disulap menjadi taman yang asri bernama Taman Kusuma Wicitra. Sisi sebelah timur adalah Pendapa Tulungagung, sebuah rumah joglo sebagai simbol pengaruh Mataram Islam di kota ini. Sisi sebelah barat adalah Masjid Al-Munawar, masjid terbesar di kota ini.

Taman Kusuma Wicitra



Dulu waktu saya masih di bangku sekolah tepatnya STM (maklum anak'e wong ra duwe ), kawasan ini adalah pusat jajanan yang dipenuhi oleh para pedagang kaki lima yang jika malam menjelma menjadi pasar malam yang ramai. Mungkin karena pertimbangan kerapian dan ketertiban, Satpol PP mengusir semua pedagang dan mengubah kawasan ini menjadi sebuah taman kota.


Kini taman ini selain dihiasi oleh tumbuhan yang terawat, tempat untuk duduk-duduk, juga beberapa pagupon (Jawa: sarang merpati — red) ditempatkan di empat sudut taman. Adanya burung-burung merpati ini mungkin diinspirasikan dari taman-taman di Eropa seperti film Home Alone-nya Macaulay Culkin.

Masjid Al - Munawar



Lihat arsitekturnya. Masjid ini tidak memiliki kubah yang bulat, tetapi segitiga. Perpaduan arsitektur Arab dengan Jawa (joglo). Masjid ini telah mengalami renovasinya yang terbaru seperti penambahan lis pintu utama yang saya kira mengadaptasi arsitektur Masjid Nabawi, Madinah. Sayangnya, ubahan ini terlalu berat karena ruang yang terlalu sempit. Sehingga dengan adanya hiasan ini, masjid ini jadi terlihat sempit dan kurang lega.



Namun demikian, seperti masjid-masjid lainnya, suasana di dalam sangat sejuk dan syahdu. Ini tempat favorit saya untuk shalat Jumat kalau sedang pulang kampung.

Kantor Post Tulungagung



Bangunan berwarna oranye yang sangat khas ini mencoba bertahan di tengah gempuran media komunikasi modern. Di sinilah tempat saya mengenal internet pertama kalinya di tahun 1999. Berbekal uang Rp. 6000 sejam, saya belajar membuat email yahoo berkapasitas 6 MB, mengenal dunia penuh kebohongan bernama IRC (asl pls… :D ), dan mulai menyentuh dunia desain web lewat geocities.com dengan Yahoo! Page Builder-nya.

Hotel Gajah Mas



Hotel kelas melati yang mencoba eksis di antara sedikit hotel yang masih ada di Tulungagung. Mulai dari saya balita hingga sudah hampir menikah ini (ceileeh…), tampilan hotel ini tetap begitu-begitu saja. Tidak ada yang berubah sama sekali. Kalem sekali hotel ini menyikapi laju zaman yang begitu cepat berlari.

Kawasan Pendopo Tulungagung



Saya hanya bisa memotret gapuranya. Bahkan dari jarak seratus meteran, bapak-bapak Satpol PP yang sedang berjaga di depan gerbang pendapa bisa mengetahui kamera saya dan langsung siaga. Siap melotot dan mengusir saya jika berusaha mendekat. Ya sudah, saya tak mau ribut-ribut. Kabarnya, pusaka utama Tulungagung, keris Kiai Upas disimpan di sini. Pantas kalau dijaga ketat, hehehe…

2 comments:

Terima Kasih Anda Telah Berkunjung di Blog Saya dan Silahkan Tinggalkan Komentar.Gunakan Name/URL Untuk Pilihan Komentar Supaya Saya Lebih Mudah Untuk Mengunjungi Web/Blog Anda.Thanks..